Salam Lestari, Mari Jaga Alam Bali Agar Selalu Lestari!

Kamis, 08 Januari 2015

Gunung- Gunung yang Terdapat di Bali

Komunitas pecinta alam makin marak sepanjang waktu. Banyak juga anak muda yang gemar menikmati alam dewasa ini. Banyak pula yang ikut dalam menjaga dan melestarikan alam dengan cara mereka sendiri. Khususnya bagi penikmat alam seperti pendakian, jangan hanya sekedar tahu mendaki setelah itu turun tanpa membawa sampah dan kenangan yang indah dari puncak gunung dan sepanjang perjalannya. Para pendaki yang baru demam mendaki biasanya mulai mendaki di Gunung Batur, dan jika mau lebih ekstrem pendaki akan mencoba Gunung Agung. Tapi bukan dua itu saja gunung yang terdapat di Bali. Berikut akan disajikan lokasi atau tempat yang juga tidak kalah menarik untuk trek pendakian.  


1.     Gunung Agung, 3.031 mdpl
Puncak tertinggi di Pulau Bali, saya merekomendasikan melalui jalur Besakih. Titik awalnya adalah Pura Besakih yang terkenal, sekarang sudah ada jalan beraspal sampai di Pura Pengubengan (sekitar 1.100 mdpl), yang merupakan pura tertinggi di kawasan Besakih.
Sempatkanlah bermalam di Kori Agung, batas vegetasi. Dengan tebing menjulang dan pemandangan matahari terbenam yang menawan. Waktu yang paling baik adalah di bulan Agustus, ketika angin tidak begitu kencang dan kumpulan awan cummulus bergumpal seperti kapas di kaki kita.
Jalur Pendakian : Desa Junggul 1.200 mdpl (jalur sampai puncak dan tersedia pemandu di desa ini), Desa Pucang 950 mdpl (jalur sisi barat laut, mengikuti punggungan sampai Puncak Satu, tidak direkomendasikan karena jarang dilalui), Pura Pasar Agung 1.500 mdpl (jalur turis, jalur utama menuju menuju kawah selatan Agung, baru-baru ini mulai diperkenalkan jalur yang bisa tembus ke Puncak Tiga Agung, namun terjal dan berpasir), Jalur Kedampal 750 mdpl dekat Amed (tidak ada data, dilihat dari konturnya hanya sampai Puncak Timur Gunung Agung – 2.880 mdpl).

2. Gunung Batukaru, 2.276 mdpl
Hutan terakhir di Pulau Bali, beberapa orang mempunyai pengharapan besar atas gunung ini. Merupakan titik tertinggi kawasan kaldera purba Beratan, dengan 7 dari puncak Pulau Bali ada di kompleks kaldera ini. Menjadi kawasan penadah hujan dan hulu sebagian besar sungai di Bali Tengah. Sebagian besar kawasannya masuk kawasan konservasi Cagar Alam Batukaru.
Di kakinya terdapat kompleks Pura Batukaru diberi nama yang sama seperti sang gunung, tempat pemujaan dewa pemelihara tumbuhan. Di puncaknya terdapat Pura Pucak Kedaton, pura tertinggi di Pulau Bali sekaligus penjaga kesakralan seiisi pulau.
Sisa kawah Batukaru yang sudah tidak aktif menghadap tenggara, menghadap Pura Batukaru. Bila dilihat dari jauh mirip cekungan besar, mirip batok kelapa terbalik. Itulah mengapa sang gunung disebut Batukaru, kata “karu” dari lafal “kau” yang berarti batok kelapa dalam bahasa Bali.
Jalur Pendakian :Ada tiga jalur utama, pertama Desa Jatiluwih (840 mdpl), Pura Batukaru (835 mdpl) dan sisi barat laut Desa Pujungan (1.090 mdpl).

3.  Gunung Abang, 2.151 mdpl
Tengoklah ke kanan bila anda sedang berada di Kintamani, atau dari jalan raya Panelokan. Gunung yang separuh dindingnya runtuh akibat letusan supervulcano Batur Purba. Dinding sebalah barat tepat berada di sisi Danau Batur, sang danau yang berbentuk bulan sabit. Dan kaki Gunung Abang berada di sisi lingkaran luar bulan sabit Danau Batur.
Jalur pendakiannya dipenuhi pura dengan arsitektur Bali Kuna, tempat ini memang menjadi rumah bagi warga Bali Aga, penduduk asal Pulau Bali. Setelah pendudukan Majapahit warga Bali Aga terkonsentrasi di kawasan pegunungan yang sulit dijamah. Mempertahankan tradisi uniknya sampai sekarang. Salah satu yang terkenal adalah Desa Trunyan, di kaki Gunung Abang, yang terkenal dengan pemakaman jenasah yang ditinggalkan sedemikian rupa diatas tanah.
Jalur Pendakian : Jalur Desa Suter, titik awal di 1.400 mdpl dan Jalur Songan titik awal di 1.200 mdpl (dengan trek horisontal terpanjang di Bali 7,8 km, setidaknya memerlukan dua hari penuh untuk melintasi jalur ini)

4. Pucak Mangu, 2.096 mdpl
Puncak Mangu adalah puncak paling selatan dari punggungan Bukit Pengelengan yang memanjang dari Desa Wanagiri sampai Bedugul. Penampakannya mirip Gunung Abang : disisi danau Beratan dan separuh dindingnya berupa longsoran sisa letusan purba.
Gunung ini tepat berada di tengah sirkum Pegunungan Bali. Apa artinya? Hmm, kita bisa melihat semua puncak gunung di Pulau Bali dari titik ini. Ditambah lansekap Danau Beratan dan Danau Buyan yang mengintip kecil dibalik Gunung Tapak.
Di puncaknya terdapat Pura Pucak Mangu, yang menurut saya salah satu pura terindah di Bali. Karena keberadaan pura ini, jangan heran bila di hari tertentu anda akan melihat warga yang berpakaian adat lengkap dan membawa sesaji hingga ke puncaknya.
Jalur Pendakian : Bedugul, 1.220 mdpl (jalur tanah dan hutan rapat) dan Petang 1.330 mdpl (jalur semen dan batu padas, jalan tol bagi pendaki, cukup 45 menit sampai puncak)

5.  Gunung Sangiyang, 2.087 mdpl
Gunung yang cantik, memiliki dua puncak, sepertinya gunung ini berjenis kelamin wanita. Berdiri diantara Gunung Batukaru dan Pucak Adeng. Lereng sebelah timur adalah lembah lebat yang belum terjamah bernama Pulan Kuali, satu-satunya akses hanyalah jalur setapak sisa jaman kerajaan yang menghubungkan Tamblingan dan Jatiluwih, sebagai media barter kopi (dari Desa Munduk & Tamblingan) dengan padi (dari Desa Jatiluwih).
Titik terdekat yang pernah kami capai hanya sampai jalur ini. Tidak ada akses sama sekali ke puncaknya, setidaknya begitu yang dikatakan warga yang rumahnya di “bongkol” Gunung Sangiyang dan belum pernah ada yang kesana. Setidaknya perlu waktu 2 tahun kami memutari gunung ini dari berbagai sisi untuk mencari desa terdekat, namun hasilnya selalu nihil. Kami rasa tidak perlu menerabas (baca : merusak) hutan untuk membuat jalur baru sampai ke puncaknya.
Biarlah gunung ini terlihat cantik dari jauh.
Jalur Pendakian : no data

6.  Gunung Pohen, 2.063 mdpl
Kadang saya merasa sedih setiap melihat gunung ini. Tahun 1994, di kawasan cagar alam ini terjadi kebakaran besar, spesies endemik Cemara Pandak sempat menjadi korban. Tahun itu, Gunung Pohen kehilangan 30 hektar hutannya.
Dan kesedihan berganti kegeraman ketika rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) didirikan disana. Tujuannya hanya untuk menopang kerakusan kapitalisme pariwisata di Bali Selatan. Tiga bor sedalam 2.700 meter sudah ditajakkan, hutan diganti jalan beraspal selebar 3 meter (plus bahu jalan 1 meter di masing-masing sisi) untuk akses lalu lalang petugas, 2500 liter air digelontorkan per detik selama proses pengeboran. Padahal ini adalah satu-satunya hutan alami yang tersisa di pulau kecil ini.
Mungkin itu sebabnya, hanya di gunung ini saya tidak mendapatkan sambutan yang baik (seperti yang saya ceritakan di bagian prolog), manusia memang cenderung egois terhadap alam. Cukup sekali saya mendaki Pohen, cukup sekali…
Jalur Pendakian : Jalur Geothermal, 1.550 mdpl, satu-satunya jalur ada di sebelah selatan pertigaan menuju Sumur BEL-02, jalur lurus to the point tanpa zig zag sedikit pun.

7.  Gunung Tapak, 1909 mdpl
Seperti mata uang, Gunung Tapak menyajikan paradoks di dua sisinya. Lereng bagian selatan (sisi cantiknya) berdiri Kebun Raya Eka Karya yang terkenal itu. Semua terawat dengan baik, bunga aneka warna, rumput yang menghijau dan pinus yang ditanam dalam jarak yang seragam.
Sisi utara adalah sisi muramnya. Vila didirikan sampai membabat Hutan Dasong, areal perladangan yang makin meluas hingga mendekati puncak, juga semua lerengnya sudah terkapling.
Tapi alam punya caranya sendiri, longsor menewaskan beberapa orang terjadi di musim hujan 2011 lalu, begitu juga saudari sang gunung : Danau Buyan tak kalah melimpahkan airnya sampai ke pemukiman penduduk hampir setiap tahun.
Jalur Pendakian : Jalur Desa Pancasari dari sisi Danau Buyan, 1.225 mdpl (jalur seperti labirin membingungkan akibat munculnya ladang-ladang baru sampai ketinggian 1.700 mdpl). Jalur Kebun Raya, 1.310 mdpl (ijin diperlukan untuk memasuki kawasan cagar alam ini). Kedua jalur ini bertemu di puncak yang biasa disebut Pucak Keramat, berdiri Makam Wali Islam Bali dan Pura Pesimpangan Pucak Terate Bang

8.   Gunung Lesung, 1.865 mdpl
Coba buka Google Earth, cari Gunung Lesung di sisi selatan Danau Tamblingan. Yang terlihat adalah kawah bulat sempurna dengan diameter 600 meter. Seperti mata mendelik yang hendak menelan siapa saja yang mendekat.
Ada aura berbeda di gunung ini : hutan lumut dengan juntaian hijau lembab, patung-patung tua yang berserakan dibeberapa titik (plus sesaji lengkap dengan aroma dupa dan kain busana sang arca), Goa Nagaloka – kawah tua seperti lubang tanpa dasar (kadang masih mengeluarkan uap panas), juga mitos kawanan menjangan yang hidup di dasar kawah.
Gunung ini seperti mengingatkan kita tidak sendiri di dunia ini, ada dunia pararel yang bisa jadi sedang mengamati kita. Mendelik, seperti Kawah Gunung Lesung.
Jalur Pendakian : Desa Tamblingan, mengikuti alur Sungai Mue hingga ke hulu dan dari perkampungan kecil di sebelah Bukit Pucuk, 1.420 mdpl.

9.  Pucak Adeng, 1.826 mdpl
Bersebelahan dengan Desa Jatiluwih, yang termasuk dalam World Heritage UNESCO atas sistem pengairan subak, terdapat Desa Angsri yang permai. Di batas timur desa terdapat pemandian air panas, sisa nafas vulkanik Gunung Adeng 1.826 mdpl.
Hujan hampir terjadi sepanjang tahun di daerah ini, lebatnya hutan dan tebalnya guguran dedaunan di tanah menjadi kekhasan gunung ini. Puncaknya sendiri hanya tanah datar dengan hutan rapat. Sepanjang 360 derajat mata memandang hanya ada pohon, pohon dan pohon. Tidak menyisakan sedikitpun celah untuk melihat pemandangan.
Di lereng selatan berdiri Pura Pucak Adeng, bangunan utamanya berupa punden berundak dari padas lava, dengan beberapa lingga distanakan di kemuncaknya. Pura dibagi menjadi beberapa mandala, berteras-teras mengikuti kontur tubuh gunung.
Jalur Pendakian : Melalui Pura Pucak Adeng, 1.200 mdpl. Dilanjutkan naik menuju Pucak Anyar dan ikuti setapak di sebelah kanan punden.

10.  Gunung Batur, 1.717 mdpl
Objek hiking paling populer di Pulau Bali, Gunung Batur, menutup daftar 10 Puncak Teringgi Pulau Bali. Gunung yang fotogenic dan koleksi foro sunrisenya hampir dimiliki semua siswa pecinta alam se- Bali. Termasuk kami (Gapenta Bhuwana Prasta) yang di tahun 2000 awal masih menggunakan kamera analog untuk mengabadikannya.
Sangat kentara, gunung ini dikondisikan untuk keperluan pariwisata. Setidaknya 5 warung berdiri di puncak-puncaknya untuk menyuguhkan kopi panas menjelang matahari terbit. Jalanan beraspal dan pura besar sedang didirikan sampai diketinggian 1.200 mdpl. Pos Pemandu Wisata selalu siaga sedari tengah malam untuk mencegat wisatawan yang hendak menuju puncaknya.
Jalur pendakian : Setidaknya ada 6 jalur pendakian dari desa-desa di kaki gunung Batur. Dua yang terkenal adalah dari Pura Jati (1.100 mdpl) dan Toya Bungkah (1.180 mdpl). Jalan beraspal sampai ketinggian 1.200 mdpl.

3 komentar:

  1. i like your blog and got inspired - thanks.
    if you like to climb your missing gn. sangiyang, take a look at:
    www.mountains-of-bali.info
    chris

    BalasHapus