Salam Lestari, Mari Jaga Alam Bali Agar Selalu Lestari!

Selasa, 24 November 2015

Ternyata Bukit Teletubbies itu Penuh Misteri

BAC
Bulan berganti bulan, matahari tetap matahari dengan panasnya ia tertawa bebas diatas sana memandangku kaku dibawahnya. Pandangannya tajam membakar kulitku yang sudah setengah matang. Kita menunggu dia, si matahari berlalu membagi panasnya di daerah lain hingga kami bisa sedikit lega tanpa hawa panasnya. Dia kami tunggu dipagi hari dari puncak gunung tinggi dengan mata lensa kuaabdikan senyumnya, dia ku nanti disore hari saat dia akan mandi perlahan dilautan lepas, namun saat ini, siang hari aku benci pandangannya, panas tak terhingga. Aku rindukan sapaan gemuruh disore hari, aku ingin bertemu dengan rinai hujan yang khas dengan aroma jalanan membilas wajahku gerah. Mungkin dia bergegas mandi dilautan Kuta, kami berangkat melewati jalan Kintamani, jalanan yang hampir sering kami lewati saat akan mendaki gunung Batur. Tujuan kami bukanlah mendaki Batur tapi misteri, bukit yang selama ini diperbincangkan teman teman sebaya dan media sosial yang tak terkontrol di Dunia Nyata. Sore ini tak ada tanda kehadirannya, kami siap menempuh perjalanan panjang menuju desa yang masih misteri bagiku dengan bukit yang juga tak pernah kulihat langsung dengan saksi mata ini. 

Apa yang kami cari, apa tujuan kami? Menjawab pertanyaan ini kami harus terus memacu kuda besi agar sampai ditempat tujuan, Akhirnya hal yang tak terduga hadir di Kintamani, seakan menyapa dengan santun, gemercik hujan yang kami rindukan hadir membasahi jaket dan wajah kami seakan membilas dan berucap selamat datang kembali. Melanjutkan perjalanan menuju Bukit di Kabupaten Buleleng memerlukan waktu tempuh 3 jam perjalanan, sepanjang perjalanan sangat dingin, jaket ku tak kuat menahan dinginnya, tak ada pelukan dari yang aku antar juga, karena teman-teman juga kedinginan pikirku, kutahan terus hingga sampailah di Desa Kubutambahan, terpampang jelas disisi jalanan kota.

Sahabat kami menyapa disana, penuh keceriaan seperti lama tak jumpa, inilah rasa kebersamaan seperti keluarga sendiri yang kami rasakan di kehidupan ini. Kami berangkat bersama menuju bukit yang membuat kami semakin penasaran. Dua puluh menit dari titik bertemu kami sampailah di papan nama bergambar Empat Teletubbies, ya kita pasti tahu mereka adalah Widyat, Keces, Receb, Nur. hahaha..... Tidak seperti dengan yang kami bayangkan sebelumnya dengan hamparan yang hijau dengan pemandangan indah yang membuat mata ingin bermain seperti kisah mereka di televisi. Ternyata misteri yang selama ini terungkap dengan mata ini, kami menyaksikan bagaimana sedihnya jika sang Teletubbies harus tinggal dan berguling di bukit yang gersang, penuh debu dan betapa panasnya disiang hari, karena tak ada daun yang melambai, kering....... Inilah bukti panasnya sang matahari, membakar rumput yang dulu indah, meruntuhkan daun daun yang tang bisa lagi bersama rantingnya, panas...entah kemana sang Teletubbies yang lucu itu.

Tanpa pikir panjang, kami segera buka tenda, menyiapkan tempat peristirahatan terakhir setelah perjalanan panjang. Kami ingin segera tidur lelap tuk menyambut sapaan pagi dari mentari pagi di Bukit Teletubbies, .....namun saat aku bangun Dia sudah diatas kepala siap siap membakar kulitku yang setengah matang!!!!!


Kurang Seru tambahin garam........Ingin Komen Pedas, jangan lupa Cabai!!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar